BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Parangtritis merupakan daerah yang sudah tak asing lagi untuk kita bicarakan, karena keindahan alamnya serta berbagai macam fungsinya sehingga wilayah tersebut sangatlah sering dikunjungi banyak orang. Namun demikian orang berkunjug kebanyakan hanya berwisata/melepas lelah disana dan sangat jarang diketemukan orang melakukan penelitian disana. Padahal apabila kita melakukan riset atau penelitian disana, kita akan mendapati berbagai macam hal yang menarik seperti gejala-gejala geologi dan geomorfologi dan sebagainya. Oleh karena itu kami mempunyai inisiatif untuk mempelajari dan mendeskripsikan wilayah tersebut dan sehingga dalam makalah ini kami bertema “Deskripsi Wilayah Pantai Parangtritis Dan Sekitarnya”.
B. Tujuan Penulisan
Dari penulisan makalah ini kami mempunyai tujuan, yaitu:
Mencoba mendeskripsikan berbagai kemungkinan yang terdapat pada wilayah pantai Parangtritis dan sekitarnya. Melalui telaah kepustakaan yang ada, baik itu dari letaknya sampai sampai sejarah dan pembagian daerah tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana daerah Parangtritis dilihat dari letaknya?
2. Bagaimana terjadinya wilayah Parangtritis dilihat dari sejarahnya?
3. Bagaimana pembagian daerah Parangtritis menurut wilayahnya?
D. Manfaat Penulisan
Banyak berbagai kemanfaatan yang dapat diperoleh dari penulisan ini yang diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui wilayah pantai parangtritis menurut letaknya, sejarah dan pembagian wilayahnya dilihat dari sudut geologi-geomorfologi
2. Dapat mengetahui gambaran / deskipsi dari wilayah pantai parangtritis dan sekitarnya
3. Dengan mengetahui atau mengerti keindahan alam yang terdapat dalam wilayah parangtritis dan struktur batuannya, diharapkan kita dapat menjaganya dan tidak merusaknya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Pantai Parangtritis
Daerah pantai Parangtritis merupakan suatu daerah yang sangat menarik dan penting dipandang dari sudut ilmu kebumiaan (Geologi dan Geomorfologi), karena memiliki sifat karakteristik bentang alam pantai dan gunung pasir yang langka serta merupakan laboratorium alam kita yang terletak disebelah selatan kota Yogyakarta.
1. Letak astronomis pantai Parangtritis
Berdasarkan peta topografi lembar 47/XL III-C, lembar 47/XL II-C dan lembar 47/XL II-Bpada skala 1:25.000, daerah Parangtritis terletak antara 8 Lintang Selatan dan antara 110 Bujur Timur. Daerah ini berada di Selatan sungai Oyo dan sungai Opak, jarak dareah Parangtritis dari kota Ibukota Propinsi D.I Yogyakarta kurang lebih sejauh 28 KM ke arah Selatan.
2. Letak administrasi Parangtritis
Berdasarkan letak administrasi daerah Parangtritis termasuk di wilayah Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I Yogyakarta.
3. Letak geologis dan fisiografik Parangtritis
Secara geologis, daerah Parangtritis terletak pada Propinsi geologi Jawa Tengah zone pegunungan sewu dan zone dataran aluvial pantai (Van Bemmelen, 1949).
Sedangkan secara fisiografik, daerah Parangtritis dan sekitarnya terletak pada zone Plato Selatan Jawa Tengah yang berupa pegunungan Karts yang dibatasi oleh jalur Batur agung, selain itu disekitar muara sungai Opak merupakan dataran alluvial pantai (Pennekoek, 1949)
Secara alami daerah Parangtritis ini dibatasi oleh:
a. Bagian Utara dibatasi oleh sungai Opak dan sungai Oyo
b. Bagian Selatan dibatasi oleh Samudra Hindia
c. Bagian Timur dibatasi oleh pegungan karst (Pegunungan Sewu)
d. Bagian Barat dibatasi oleh sungai Opak hilir
B. Sejarah Geologi / Geomorfologi Umum Parangtritis
Menurut Pennekoek (1949) fisiografi Pulau Jawa dapat dibagi menjadi tiga zone, yaitu zone Utara, zone Tengah (Pegunungan Serayu Utara, depresi yang ditandai munculnya vulkan muda, Serayu Selatan), dan zone Selatan berdasarkan pembagian ini maka daerah Parangtritis hingga pantai Baron melalui daerah karts, termasuk bagian dari zone Selatan Jawa.
Secara lebih rinci Van Bemmelen (1970) didalam teori analisis evolusi Jawa menerangkan bahwa dalam proses pembentukannya, Jawa Tengah mengalami tiga masa geantiklinal (pengangkatan), geantiklinal pertama terjadi pada zaman Miosen Tengah selama kurang lebih 500 ribu tahun, proses geantiklinal ini pertama mengakibatkan terbentuknya pegunungan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, pegunungan yang terangkat tadi dibeberapa tempat mengalami patahan dan tenggelam dibawah permukaan laut, misalnya antara sungai Opak (Parangtritis) hingga Pulau Nusakambangan mengalami patahan dan tenggelam, kecuali pagunungan karang bolong dan gunung seloh, sedangkan pegunungan seribu tidak mengalami patahan, sehingga struktur geologi daerah karang bolong sama sperti dipegunungan seribu, yaitu berupa Limestone.
Pada proses geantiklinal kedua daerah yang sekarang ditempati oleh pegunungan serayu mengalami pengangkatan, proses pengangkatan ini berlangsung pada awal Pliosen selama 500 ribu tahun.
Proses geantiklinal ketiga berlangsung dan membentuk pegunungan serayu utara. Pembentukan pegunungan serayu utara ini menyebabkan terjadinya cekungan yang memanjang diantara pegunungan serayu selatan dan utara, cekungan ini dikenal sebagai lembah sungai serayu.
Gerak pengangkatan dari Pulau Jawa terus berlangsung hingga sekarang, diduga olaeh Speelman (1979:17) yang mendasarkan pada jarak waktu antara setiap geantiklin, ialah dua juta tahun dan waktu yang digunakan pada setiap pengangkatan antara dua ratus ribu tahun, maka diperkirakan sekarang ini sedang berlangsung proses geantiklin yang ke empat.
C. Pembagian Daerah Parangtritis
Daerah ini terbagi atas empat bentangan alam geomorfik dan geologik, yaitu:
1. Dataran alluvial
2. Dataran pantai dengan bukit pasir
3. Karst gunung sewu
4. Pegunungan Batur Agung
3 dan 4 tidak dijadikan sebagai Field Work
1. Dataran alluvial terbagi 2 yaitu:
a. Dataran alluvial sungai Opak yang banyak mengandung pasir, karena merupkan kelanjutan dari flavio-vulcanic foot plain bersifat andesitis
b. Dataran alluvial selatan sungai Opak lebih bersifat lempung, karena terpengaruh material alluvial yang berasal dari pegunungan sebelah timur yang diendapkan banjir, lembah sungai
Opak berbentuk huruf U yang berarti termasuk stadium dewasa.
2. Daratan pantai dengan bukit–bukit pasir
Bentuk lahan ini terbentuk karena dua factor utama yaitu adanya kekuatan tiupan angain dan adanya material pasir. Pasir yang berasal dari daratan (vulkan merapi) yang dihapuskan kembali oleh angina secara selektif, akhirnya diendapkan menjadi bermacam-macam bentuk bukit pasir (sand dunes). Secara garis besar bentuk endapan eolus tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Bentuk mikro, yaitu berupa riak-riak pasir/gelombang kecil pasir (sand ripples). Bentuk ini juga terdapat didasar laut berpasir dengan gelombang (riak laut) yang tenang.
b. Bentuk makro, yaitu berupa bukit-bukit pasir yang bermacam-macam bentuknya seperti bukit pasir bujur sisir, sapit parabola, dan lain-lain, bentuk-bentuk ini dipengaruhi oleh garis pesisir, tumbuhan dan arah tiupan angin.
Bukit pasir di parangtritis membujr kearah barat pantai selatan Jawa Tengah sampai daerah Cilacap. Sifat materialnya hamper homogen dengan bahan dasarnya dari batuan andesitis yang mengandung mineral-mineral plagioklos hormblende, magmatit. Bentuk-bentuk bukit pasir tidak selalu sama, tetapi selalu berubah-rubah sesuai dengan gangguan yang dialami seperti adanya tumbuhan penghalang, perubahan arah angina. Bentuk bukit pasir yang sudah tidak beraturan disebut “kapusten”. Didaerah pantai berpasir prang tritis terdpat sumur-sumur buatan dengan air tawar yang cukup, terapung diatas air tawar.
c. Pantai
Pantai parangtritis sebenarnya tergolong pantai emergence ( pantai terangkat ), kemudian tenggelam sebagian,namun masih tergolong pantai emergence ( khususnya bagian timur )sedang bagian barat lebih mencirikan sub emergence yang telah ter endapi oleh hasil erosi berupa dataran alluvial serta gumuk-gumuk pasir. Sebelah timur pantai parang tritis terdapat bentuk pantai yang sangat kontras yaitu pantai terjal sampai pantai tergantung. Hal itu disebabkan oleh abrasi diseerta engan pengangkatan. Wilyah pantai dapat menjadi kawasan industri danjasa fasilitas transport, namun pantai parangtritis lebih cenderung kepada nilai kepariwisataan.
d. Hidrologi
Hidrologi suatu daerah ditentukan oleh keadaan iklim dan geologi ataau geomorfologi daerah tersebut. Atas dasar itu, daerah parangtritis terdiri dari empat bagian hidrologik.
1. Daerah yang dilalui oleh kali opak, dengan mata air dadri gunung merapi, dan kali oya dengan mata air dari pegunungan batur agung. Bentuk lembah kedua sungai ini adalah U, itu berarti termasuk stadium dewasa.
2. Daerah alluvial pantai dan gumuk-gumuk pasir, dimana hujan sebagian besar meresap kedalam tanah yang poreus menjadi air tanah. Didaerah pesisir masih dijumpai sumur-sumur dengan air tawar yang mengapung diatas air laut yang masuk ke darat (intrusi )
3. Daerah hidrologik topografi Karst dengan fenomena-fenomena khusus, seperti sungai di bawah tanah, aliran air tiba-tiba menghilang dan sebagainya.
4. Daerah hidrologik pegunungan batur agung.
Disamping gejala dan karakteristik secara hidrologik tersebut diatas, masih diketemukan mata air panas ( parang wedang ) yanag merupakan “fissure spring”. Gejala ini masih berubungan dengan vulkanisme pada zone tengah. Air parang wedang banyak mengandung belerang yang berkaitan dengan vulkanisme dan chlor yang berkaitan dengan intrusi air laut.
3. Karst Gunung Sewu
Secara geologis daerah pegunungan sribu ( sewu ) termasuk formasi wonosari yang berumur miosen tengah sampai pleistosen bawah. Formasi wonosari tersusun dari gamping terumbu, kalkaranit dan kalkarenit tufaan ( Warton o Raharjo 1977:2 ).
Daerah Karst ini merupakan hasil proses pengikisan dan pengangkatan. Dengan adanya diaklas-diaklas pada lapisan batuan kapur yang jumlahnya takterbilang, air ujan yang jatuh dipermukaan bumi menghilang dalam lubang ponor ( penghujung sungai bawah tanah menuju laut ), dan meresap melalui diaklas-diaklas yang kemudian melarutkan dinding kapur yang melaluinya dan membentuk pipa-pipa karst, rongga (gua ), dan sungai bawah tanah.
Bagian permukaan sekitar ponor lambat laun mengalami korasi sehingga menjadi cekungan yang yang dinamakan dolina ( danau didaerah karst karena proses solusional ). Apabila dasar dolina tertutp oleh abu guung api atau sisa-sisa pelapukan kimiawi yang berupa terrarosa ( endapan berwarna merah ) akan menutup lubang ponor, sehingga dolina merupakan cekungan yang dapat menampung air hujan dan disebut lokva. Selain adanya dolina, didaerah topografi karst banyak dijumpai gejala-gejala karst lainnya seperti uvala, polje, gua, stalaktit, stalagmite, sungai bawah tanah, karst windaw, bukit-bukit kapur dan sebagainya.
4. Pegunungan Patahan Batur Agung
Penyusun Baur Agung Range( patahan ) adalah lapisan nglanggaran dan semilir yang berusia miosen. Formasi nglanggaran terdiri dari breksi volkanik , breksi aliran, aglomerat, lava dan tuuf. Sedangkan formasi semilir terdiri dari perselingan antara breksi tuuf, breksi batu apung, tuf dasit, tuf andesit, dan batu lempung tufaan ( wartono Raharjo, 1977: 3 )
Batur Agung Range membentang dari selatan prambanan sampai parang tritis dengan arah barat dayatimur laut. Pegunungan batur agung didaerah parang tritis dan sekitarnya terletak pada sis bagian barat dan utara pegunungan selatan ( sebelah barat dan utaranya plato gunung sewu). Fault scrap aslinya menghadap kea rah barat dan utara, yang muncul akibat patahan pegunungan selatan pada pleistosen tengah. Patahan berikutnya pada pleistosen atas sehingga sisi selatan membentuk plato dengan topografi karst. Pada tepi utara batur agung range, semula merupakan bidang patahan, tetapi sekarang sudah tererosi dan bekasnya berupa lembah kecil. Erosinya berjalan mundur, sehingga bidang patahan semula berada dibagian depan lereng sekarang berpindah kebagian belakangnya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Daerah pantai parangtritis merupakan suatu daerah yang sangat menarik dan penting dipandang dari sudut ilmu kebumian, karena memiliki sifat karakteristik bentang alam panatai dan gunung pasir yang langka, serta merupakan laboratorium alam yang terletak disebelah selatan kota Yogyakarta.
Berdasarkan letak astronomis, pantai parang tritis berada antara 08 00 37-8 01 42 LS dan antar 110 16 4-110 19 29 BT. Berdasarkan letak administrasi, pantai parangtritis termasuk diwilayah kecamatan Kretek Kabuopaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan letak geologis daerah pantai parangtritis terletak pada Provinsi geologi Jawa Tengah zone pegunungan sewu dan zone dataran alluvial pantai
(Van Bemelen, 1949). Sedangkan secara fisiografik daerah parang tritis dan sekitarnya terletak pada zone plato selatan Jawa Tengah ynang berupa peguinungan karst yang dibatasi oleh jalur batur Aung. Selain itu disekitar muara sungai opoak merupakan dataran alluvial pantai ( Pannekoek, 1949 ).
Sejarah geologi/geomorfologi untuk wilayah pantai Parangtritis, secara lebih rinci Van Bemmelen (1970) didalam teori analisis Jawa menerangkan bahwa dalam proses pembentukannya Jawa Tengah mengalami tiga kali masa geantiklinal (pengangkatan). Geantiklinal pertama kali terjadi pada jaman miosen tengah selama kurang lebih 500 ribu tahun. Proses geantiklinal pertama ini mengakibatkan terbentuknya pegunungan Selatan Jawa. Daerah Parangtritis terbagi atas 4 bentangan alam geomorfologi dan geologi, yaitu:
1. Daratan alluvial
2. Daratan pantai dengan bukit pasir
3. Karst pegunungan
4. Pegunungan patahan batur agung
B. Saran
Kami sadar betul dari penulisan makalah ini masih banyak terdapat adanya kesalahan maupun kekurangan baik dalam penjelasan ataupun penulisannya serta dalam mengambil bahan kepustakaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari para pembaca demi memperbaiki segala kesalahan dan kekuranagan yang terdapat dalam makalah ini, sehingga untuk penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dari apa yang kami tulis saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bemmelen, R.W, Van, 1970, The Geology Of Indonesia, Martinus Nijhoft, The Hague, The Netherlands.
2. Betemen, AM, 1971, Economic Mineral Peposifs, New York, John Willey And Son.
3. Koesoemadinata, Rp, 1980, Geologi Wilayah Dan Gas Bumi, Bandung: Penerbit ITB.
4. Pannekoek, A.J, 1949, Out Line Of The Geomorphology, Of Java, Geologi Survey, T.A.G, The Netherlands
5. Verstappen, H Th, Tanpatahun, Geomorfologi (Gaya Dan Proses), Bandung: Balai Pendidikan Guru.
6. Wartono Raharjo, Sukandarrumidi, HND, Rosidi, 1977, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, Bandung: Direktorat Geologi